Menjadi Pelanggan KRL Commuter Line

Suasana pagi, calon penumpang bergegas akan naik KRL
Sepertinya kedepan saya akan menjadi pelanggan KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line. Memang tidak setiap hari naik KRL - selanjutnya saya tulis saja sebagai KRL untuk menunjuk KRL Commuter Line - tapi setidaknya dua kali dalam sebulan saya pasti naik KRL dari stasiun KRL Bogor.

KRL adalah moda transportasi massa yang menghubungkan kota-kota yang mengeliling Jakarta - seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi - dengan tujuan utamanya untuk menuju Jakarta. Nama kota-kota yang terhubung tersebut biasa disingkat sebagai Jabodetabek

Biasanya perjalanan saya dimulai dari Sukabumi ke Bogor dengan naik Kereta Pangrango dengan lama perjalanan selama dua jam lebih sedikit untuk sampai di Bogor. Dari Stasiun Bogor inilah saya kemudian naik KRL.

Bila orang kebanyakan naik KRL rata-rata untuk menuju tempat kerjanya di Jakarta dan sekitarnya, saya naik KRL menuju rumah anak saya di sekitaran Bogor hanya karena akan menengok cucu tercinta.

Serba-serbi Naik KRL

Untuk naik KRL pembelian tiketnya tidak bisa secara tunai namun menggunakan kartu. Kartu ini bernama KMT (Kartu Multi Trip). KMT ini berisi saldo uang yang dapat diisi ulang (top up) di loket stasiun atau melalui vending machine.

Saat memasuki stasiun hendak naik KRL, KMT ditempelkan pada bagian sebelah kiri gate. Ini akan mencatat kita berangkat dari stasiun mana. Kemudian saat keluar dari stasiun tujuan, KMT ditempelkan kembali di gate, ini untuk memotong saldo KMT sesuai jumlah tarif yang dikenakan.

Gerbang masuk dan keluar stasiun KRL

Menempelkan KMT saat keluar di stasiun tujuan

Sebelum menempelkan KMT pada gate, ada baiknya diperiksa terlebih dahulu saldo KMT. Terdapat mesin khusus untuk memeriksa saldo KMT. Cukup tempelkan KMT pada mesin tersebut, maka akan ditampilkan jumlah saldo yang tersedia.

Untuk tarif KRL, pada setiap stasiun terdapat papan informasi tarif dari stasiun tersebut ke stasiun tujuan.

Tarif KRL dari Stasiun Bogor

 Bagaimana suasana di dalam gerbong KRL?

Ini gambaran suasana di gerbong KRL. Dengan udara yang sejuk ber-AC, lantai yang bersih mengkilat dan tempat duduk yang empuk, membuat perjalanan terasa nyaman. Sebagai catatan, saat ini pemakaian masker tetap diwajibkan saat naik KRL.

Suasana dalam gerbong KRL - bukan pada jam sibuk


Tapi jangan salah, foto tersebut diambil bukan pada jam sibuk. Jam sibuk biasanya terjadi pada jam-jam tertentu setiap hari kerja. 

Misalnya, bila dari Bogor menuju Jakarta, jam sibuk terjadi pada pagi hari sampai agak siang. Ini mengantar para pekerja menuju lokasi kerjanya di Jakarta sekitarnya. 

Sebaliknya dari Jakarta ke Bogor jam sibuk terjadi pada sore hari, saat para pekerja keluar kantor dan pulang menuju rumahnya masing-masing di Bogor sekitarnya.

Pada jam sibuk ini, sebagian besar penumpang akan berdiri, dengan tangan tergantung pada gantungan yang tersedia dengan kondisi yang berdesak-desakan.

Sebagai informasi tambahan, dibawah ini adalah peta rute KRL. Perhatikan banyaknya titik stasiun yang dilewati saat KRL menuju Jakarta.

Rute KRL | sumber: commuterline.id

Melihat jangkauan rute KRL yang demikian luas, tak salah bila situs commuterline.id menyatakan bahwa setiap hari KRL mengangkut 700.000 - 850.000 orang penumpang. Luar biasa!

Sukabumi, 8 Juni 2023

Komentar

  1. Saya belom pernah gunain kereta commuter Line selama main ke Jakarta pak..belom sempet juga... moga-moga suatu hari nanti bisa gunain kereta ini..pengen tau sensasinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan-kapan kalau main ke Jakarta, coba sempatkan naik KRL, Mbak.
      Saran saya, jangan naik KRL pada jam sibuk. Malah bikin repot.
      Selamat mencoba naik KRL, Mbak.

      Salam,

      Hapus
  2. Hadir nyimak pak, selalu suka dengan suasana di dalam kereta....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asik memang berkereta ya Mas.
      Adem, nyaman dan terhindar dari kemacetan.

      Salam,

      Hapus
  3. Lebih kurang sama seperti di Malaysia, Pak. Cuma nama keretapinya berbeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh demikian, Mbak.
      Mbak suka berkereta juga bila bepergian?
      Jadi penasaran bagaimana kondisi kereta disana.

      Salam,

      Hapus
  4. Dari kemarin saya mau komen via PC tapi komputer saya berkali² error 😅. Jadi saya coba via hp saja. Saya sudah lama tdk naik KRL, pingin sekali² ke Bogor nyoba KRL sekarang yang kelihatannya sudah lebih tertib daripada belasan tahun yang lalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa PC-nya Mbak? Moga sekarang sudah tidak error lagi.
      Coba deh Mbak sekali-sekali naik KRL ke Bogor. Bagus kondisi KRL saat ini. Cuma ya itu, jangan harap nyaman deh kalau naik KRL jam sibuk.

      Salam,

      Hapus
  5. Yg bagusnya naik KRL dpt lah mengelak macet ya pak.. jimat masa ya gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak.
      Naik KRL terhindar dari kemacetan dan tepat waktu sampai ditujuan.

      Salam,

      Hapus
  6. kalau masa sibuk...memang penuh dengan penumpang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas.
      Repot kalau naik KRL di jam sibuk. Saya biasa menghindari naik KRL di jam sibuk.

      Salam,

      Hapus
  7. kalau foreigner nak naik KRL, harga tiket sama ke dengan harga untuk local?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mbak. Karena kartu KMT nya bisa dibeli oleh siapa saja dan bisa dipindah tangankan. Karena tidak ada identitas diri pada kartu KMT tersebut.

      Salam,

      Hapus
  8. suasana dalam gerabak pun lebih kurang sama seperti di sini. kalau pagi dan petang on weekdays memang penuh penumpang pulang bekerja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rupanya sama kondisi dalam gerbong kereta ya Mbak. Tetap penuh pada jam-jam sibuk pada hari kerja.

      Salam,

      Hapus
    2. ya betul tu. saya pernah ke china dan naik tren mereka. scenery ini sama sahaja...😁

      Hapus
  9. Kalau ke sana nanti bolehlah cuba naik KRL

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh, Wak.
      Kabari saja kalau Wak berkunjung kemari. Siapa tahu kita bisa ber-KRL bersama-sama.

      Salam,

      Hapus
  10. Aku ada planning ke Sukabumi mas. Tapi masih mikir2 naik kereta atau mobil yaa 😄. Soalnya tau sih maceeet. Cuma ya itu kalo naik kereta org mikir transport di sana.

    Tadi aku pikir mas asa naik KRL dari Sukabumi ke Bogor, Krn kerja di Bogor, ternyata mau liat anak 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan ke Sukabumi, Mbak?
      Kabari kalau kemari, siapa tahu bertepatan dengan saya ada di Sukabumi, barangkali kita dapat jumpa walau hanya sejenak.

      Memang ke Sukabumi yang nyaman naik kereta. Cuma kalau tujuannya akan keliling-keliling di Sukabumi, mending naik mobil sendiri. Sayang ya tol Bocimi baru sampai Cigombong, dari Cigombong banyak titik-titik rawan kemacetan, beberapa berupa pabrik-pabrik, beberapa berupa pasar yang letaknya di pinggir jalan.

      Hehehe...iya Mbak saya ke Bogor ke rumah anak saya, utamanya kangen ingin bertemu sama cucu.

      Salam,

      Hapus
  11. Dan saya paling suka mengendarai mobil :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengendarai mobil sendiri memang bebas akan pergi kemana saja ya Mbak.
      Hanya disini kemacetan menjadi masalah utama.
      Akhirnya, tergantung preferensi masing-masing.

      Terima kasih kunjungan dan komentarnya.

      Salam,

      Hapus
  12. Saya belum pernah naik KRL dong, boro-boro ya, orang naik kereta api aja baru sekali kali ya seumur hidup hahaha.
    Itupun udah belasan tahun lalu.

    Di Surabaya ada yang namanya komuter kalau ga salah, penasaran pengen nyobain sekali-kali, saya lebih suka naik bus sih, tapi kadang juga penasaran :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh...naik kereta baru sekali seumur hidup ya Mbak?
      Belakangan saya jadi sering naik kereta, terutama kalau ke Bogor. Ada angkutan umum, kendaraannya colt, cuma ya itu sering kejebak macet, jadi gak pernah lagi naik colt.

      Boleh Mbak coba naik komuter di Surabaya. Penasaran juga dengan komuter disana.

      Salam,

      Hapus
  13. Salut sama bapak, mau ke Jakarta demi nengok cucu apalagi sebulan 2x.

    KRL sekarang bersih dan rapi ya, dulu tahun 2000an masih kotor, mana banyak pedagang nya lagi yang lalu lalang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya kangen sama cucu, Mas. Rupanya rasa kangen kepada cucu lebih dari rasa kangen kepada anak. Begitu yang saya rasakan,

      Demikian ya Mas kondisi KRL tahun 2000-an. Syukur ya sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik.

      Salam,

      Hapus
  14. Banyak persamaan KRL dengan Light Rapid Transit (LRT) di Malaysia ya Pak. Cuma di sini masih boleh guna uang untuk membeli cip yang diguna untuk lewat gate masuk. Tapi pengguna tetap akan membeli kartu persis kartu KRL. Di Malaysia juga ada kartu Touch N Go, bisa diguna di mana-mana bahkan di tol lebuhraya, membeli barang2 di kedai juga boleh jadi kartunya lebih fleksibel gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata mirip dengan kondisi LRT disana ya Mbak.
      Saya penasaran dengan LRT, Mbak. Apakah Mbak pernah menuliskan di blog?

      Kartu KRL saat ini juga dapat digunakan untuk transaksi lain, tidak hanya untuk naik KRL. Misalnya untuk naik bus way di Jakarta. Tapi saya belum pernah mencobanya karena saya belum pernah naik bus way.

      Salam,

      Hapus
  15. setiap harinya, ratusan ribu penumpang yang memilih menggunakan moda KRL. Kalau aku tinggal di kota besar atau ibukota, kemungkinan juga akan merasakan naik KRL seperti ini. Selama ini naik KRL kalau pas ke LN aja, seseru itu menurutku, karena memang ga tiap hari naik

    Seneng sekali pak nengokin cucu dengan naik KRL, melihat hilir mudik orang distasiun, melihat view sepanjang jalan sekalian refreshing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya Mbak akan jadi pelanggan KRL apabila tinggal dan kerja di ibukota.
      Pelanggan tetap itu sebutannya "roker" plesetan dari rocker, artinya rombongan kereta. Ada juga yang nyebut "anker" alias anak kereta.

      Ya itulah Mbak, sebulan 2 kali pasti saya naik KRL demi kangen sama cucu.

      Salam,

      Hapus
  16. Mantan anak KRL jabodetabek mau ngabsen dl nih,, banyak bgt kenangan dengan KRL dalam kurun waktu 18 tahun an hahaha.Mulai KRL yang masih ada org diatas gerbong sapai akhirnya keren kayak skrg.Tapi yang gak berubah 1, kalau pagi dan sore padatnya luar biasa.istilahnya "injak bumi" aja susah haha. terima kasih artikelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah Mbak rupanya mantan pelanggan KRL selama 18 tahun...
      Sekarang ga pernah naik KRL lagi ya Mbak?
      Tentang padatnya penumpang, memang saya perhatikan demikian, saat saya akan naik KRL pagi-pagi arah ke Bogor. Melihat KRL yang arah ke Jakarta...aduhai padatnya penumpang.

      Salam,

      Hapus
  17. Penjelajah KRL hadir, saya seneng banget nih mah kalau naik KRL, apalagi yang Solo-Jogja, karena lebih seringnya Mojokerto - Surabaya. Hehe.
    Enaknya itu tempat duduknya kek naik angkot. sama suasananya itu seru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya penasaran ingin mencoba KRL Jogja - Solo, Mbak.
      Tempo hari waktu saya berkereta ke Madiun, kereta berhenti agak lama di stasiun Jogja, saya melihat ada KRL. Rupanya itu KRL Jogja -Solo. Tampak bersih seperti KRL jabotabek.

      Moga suatu waktu saya dapat naik KRL Jogja - Solo.

      Salam,

      Hapus
  18. Bila melihat KRL ni teringat LRT di sini. Dah bertahun saya tak naik LRT, kalau satu hari nanti terpaksa menggunakan LRT, pasti saya akan terkial-kial bagaimana cara nak gunakannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lama juga Mbak tak naik LRT ya?
      Pasti nanti perlu sedikit adaptasi lagi bila kembali naik LRT.

      Salam,

      Hapus

Posting Komentar

Terimakasih telah singgah dan membaca tulisan saya. Bila berkenan, silahkan sahabat tinggalkan komentar. Cepat atau lambat saya akan membalas komentarnya dan mengunjungi blog sahabat.

Mohon ma'af komentar yang menyertakan link hidup akan saya hapus.