Jalan kaki yang rutin saya lakukan setiap pagi, dengan rute yang hampir sama - kadang menyusuri jalan-jalan di kota Sukabumi, kadang jalan kaki mengelilingi Lapang Merdeka - perlu juga semacam rute khusus.
Rute khusus jalan kaki ini biasanya saya lakukan di akhir pekan, sekadar untuk selingan agar tidak bosan dengan hanya melewati rute itu-itu saja, dan juga sarana rekreasi sambil melihat pemandangan alam yang hijau dan asri.
Sabtu kemarin, 10 Juni 2023, rute khusus jalan kaki saya mulai dari Stasiun Cireungas sampai Stasiun Lampegan.
 |
Lintasan kereta Cireungas - Lampegan | Geogle Maps
|
Alasan saya mengambil rute jalan kaki antara dua stasiun itu karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. Jarak kedua stasiun ini setara dengan 10 menit perjalanan kereta. Mungkin jaraknya sekitar 4 sampai 5 km, katakanlah jaraknya 4 km, maka pulang - pergi total jaraknya adalah 8 km.
Berdasarkan beberapa informasi dan saya pernah mengambil beberapa
sample data dengan bantuan aplikasi
android Pedometer, jarak 8 km akan ditempuh selama 2 jam berjalan kaki (tidak termasuk waktu istirahat di tengah perjalanan) atau sama dengan 10.000 langkah.
Bukankah 10.000 langkah merupakan jumlah langkah ideal yang harus dipenuhi setiap hari?
Cireungas - Lampegan
Sekitar jam 06.10 pagi, saya sampai di Stasiun Cireungas, turun dari Kereta Siliwangi yang saya naiki dari Stasiun Sukabumi jam 05.45 pagi.
Dari Stasiun Cireungas saya mulai aktivitas jalan kaki, bergerak menyusuri jalan kereta ke arah timur menuju tujuan akhir di Stasiun Lampegan.
Udara pagi terasa demikian sejuk dan dingin. Kabut pagi masih memyelimuti. Bagian-bagian bumi yang tinggi masih tertutup kabut.
Walau masih pagi, saya melihat orang-orang sudah mulai menggeliat dengan aktivitas hariannya. Seperti beberapa yang berpapasan dengan saya di jalan kereta.
Beberapa foto sempat saya ambil, seperti saya lampirkan dibawah ini.
Setelah sempat istirahat beberapa menit ditengah perjalanan, sekitar jam 07.30 sampailah saya di depan
Terowongan Lampegan.
Sebagai informasi, terowongan Lampegan dibangun pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada kurun waktu antara tahun 1879 sampai dengan 1882. Angka 1879 - 1882 ini tertera pada dinding depan terowongan. Mengingat tahun pembangunannya, terowongan Lampegan merupakan terowongan tertua di Indonesia.
Panjang terowongan Lampegan semula 688 meter - namun karena terowongan ini mengalami kerusakan akibat rembesan air dan longsoran tanah di mulut terowongan, kemudian direnovasi dengan pemangkasan agar tetap bisa dilewati kereta - kini panjangnya menjadi 415 meter.
Untuk tulisan rinci tentang terowongan Lampegan, sila baca tulisan pada blog ini juga berjudul Terowongan Lampegan, Terowongan Kereta Tertua di Indonesia.
Di depan terowongan saya sempat berpikir,
berani tidak saya melewati terowongan Lampegan seorang diri? Selain karena saya belum pernah menembus terowongan Lampegan, juga bagian dalam terowongan terlihat gelap dari luar.
Kebetulan ada pedagang ikan pindang keliling yang akan melewati terowongan. Ia memikul dagangannya dan akan menjualnya dengan berkeliling ke kampung-kampung yang ada di daerah Lampegan dan sekitarnya.
Setelah berbincang sejenak, akhirnya saya mengikuti langkah pedagang ikan pindang itu menembus terowongan.
 |
Sebelum memasuki terowongan, bersama pedagang ikan pindang keliling
|
Memasuki terowongan terasa udara yang dingin menusuk. Makin masuk ke dalam terowongan, makin gelap. Si pedagang ikan pindang sudah siap dengan senter untuk menerangi langkah kakinya. Saya tidak siap dengan kondisi di dalam terowongan, tidak membawa senter, tapi masih bisa menggunakan senter dari handphone.
Sepanjang dalam terowongan, terjadi perbincangan. Menurut cerita si pedagang ikan pindang, beberapa waktu lalu dipasang lampu-lampu di sepanjang terowongan. Tapi sekarang lampu-lampu tersebut telah raib entah kemana. Kemungkinan ulah tangan-tangan jahil.
 |
Di dalam terowongan Lampegan
|
Beberapa bagian terowongan dialiri air. Air dari luapan selokan kecil yang ada disisi terowongan. Sedangkan pada beberapa bagian dinding kiri dan kanan terowongan, terdapat beberapa area semacam cekungan yang dapat menampung beberapa orang. Cekungan ini dimaksudkan untuk area menepi seandainya seorang berada dalam terowongan dan kereta datang melintas.
Memakan waktu sekitar 10 menit untuk melintasi terowongan. Selepas dari ujung terowongan sampailah saya di Stasiun Lampegan.
 |
Terowongan Lampegan dipandang dari Stasiun Lampegan
|
 |
Bangunan Stasiun Lampegan
|
 |
Area sekitar Stasiun Lampegan
|
Lampegan - Cireungas
Sekitar 20 menitan saya istirahat di sekitar Stasiun Lampegan, saatnya saya kembali menyusuri jalan kereta menuju ke Stasiun Cireungas.
Kabar baiknya, saya berani melewati terowongan Lampegan sendirian saja. Berbekal senter di handphone, jadilah saya memasuki terowongan.
Selepas terowongan, cuaca pagi sangat cerah. Beberapa sudut pemandangan saya abadikan. Beberapa saya tampilkan di bawah ini.
Sampai di Stasiun Cireungas, saya menunggu Kereta Siliwangi yang akan membawa saya kembali ke Sukabumi.
Kereta Siliwangi datang tepat waktu. Banyak penumpang yang akan naik kereta. Dan satu demi satu penumpang menaiki kereta dengan tertib dan tidak terburu-buru.
Demikian cerita jalan kaki pagi saya kali ini yang saya sertakan dengan beberapa potret pemandangan alam yang masih asri yang saya lewati selama perjalanan.
Sampai jumpa pada cerita jalan kaki rute khusus berikutnya.
Sukabumi, 11 Juni 2023