"Ngarambet" |
Potret buruh tani saat ini,
dari jam 06.00 pagi hingga jam 12.00 siang,
upah yang diperoleh kisaran antara Rp. 60.000,- sampai Rp. 80.000,-
namun tidak setiap hari para buruh tani ini bekerja,
mereka bekerja tergantung pada kondisi sawah dan padi yang ditanam,
no work, no pay,
Sukabumi, 6 Maret 2024
Iya ya pak...buruh tani memang kerjanya gak tiap hari selalu ada...hanya waktu"tertentu aja..ngerambet itu maksudnya apa mencabut rumput liar yang ada di sekitar tanaman padi atau apa ya pak😀🙏
BalasHapusBetul Mbak, mereka kerja tergantung pada kondisi di sawah saja.
HapusTentang ngerambet, iya benar seperti yang Mbak bilang.
Salam,
Banyak pahalanya
BalasHapusSemoga demikian, Mbak
HapusSalam,
Luar biasa pak Tani, semoga di masa depan banyak perbaikan nasib bagi para petani kita ya pak. Segar lihat foto hijau-hijau.
BalasHapusSemoga ke depan ada perbaikan, terutama kepada buruh-buruh tani ini Mbak.
HapusHijau dan asri Mbak. Segar juga udara pagi disini.
Salam,
masa tanam atau tuai padi mungkin boleh guna mesin jentera kan Pak, tapi kalau cabut rumput mesti pakai tenaga manusia
BalasHapusKalau melihat sawah-sawah di kampung saya, penggunaan mesin hanya pada saat membajak saja, Mbak. Mesin yang digunakan adalah traktor mini.
HapusSelain membajak, aktivitas dalam proses menanam padi sampai panen menggunakan tenaga manusia.
Salam,
Ya semoga para petani punya pekerjaan sampingan lainnya biar mendapat penghasilan tambahan. 👍
BalasHapusMemang beberapa mempunyai kesibukan lain seperti menanam palawija atau budidaya ikan di sekitar rumahnya, Mas.
HapusSalam,
Seperti butuh harian lepas pabrik ya pak, ngga kerja ya tidak dibayar.
BalasHapusBetul demikian Mas, seperti buruh harian lepas di pabrik-pabrik.
HapusSalam,
cantiknya tengok pemandangan sawah padi tu Pak...tenang je
BalasHapusIya Mbak. Disini masih asri dan sejuk udaranya juga pemandangan akan lebih terasa indah ketika padi-padi di sawah menghijau.
HapusSalam,
sebab itu jangan bazirkan nasi....mereka betul-betul bekerja keras mencari rezeki
BalasHapusSetuju, Mas. Susah payah bekerja keras para buruh tani ini mengolah sawah demi mendapatkan hasil panen yang bagus.
HapusSalam,
Berbakti pada tanah banyak kebaikannya
BalasHapusSemoga demikian ya Uncle.
HapusSalam,
Petani di tempat tinggal saya banyak yang menyambi sebagai konten kreator, mereka buat channel youtube sendiri untuk ngajarin bagaimana cara menanam buah yang subur tapi dengan budget yang minim hasil maksimal. Keren, penghasilannya tidak hanya dari kebun tapi juga dari hasil dia ngonten. Coba Pak ikutin, kreatif bnget.
BalasHapusWah keren banget Mas. Itu barangkali yang disebut petani milenial ya yang sudah melek teknologi dan media sosial. Luar biasa, Mas.
HapusSalam,
sawah yang hijau baru sebar benih mang cantik sih...aku suka banget lihat pemandangan sawah...di desaku masih banyak sawah...tiap mudik pasti yang paling antusias karena sepanjang perjalanan prmandangan sawah dan sesampai di desa pun sawah masih hijau permai
BalasHapusBetul cantik sekali ya Mbak. Membuat kita betah memandangnya berlama-lama atau berjalan-jalan menyusuri pematang sawah.
HapusPasti desanya Mbak masih dominan dengan persawahan yang luas.
Salam,
dengan cuaca panas yang terik...
BalasHapuskagum dengan mereka yang tiada keluh
terus mencari rezeki
dan berbakti kepada bumi...
Saya sering perhatikan, ada rasa kagum juga Mbak.
HapusSaya suka membayangkan, bagaimana kalau saya "ngarambet". Itu kan sambil membungkuk terus. Aduh bagaimana rasanya di pinggang...pasti pegal...
Salam,
kebanyakan petani di sana terdiri daripada orang yang sudah berumur ya mas?
BalasHapusanak-anak muda tidak suka pekerjaan seperti ini...
sama juga di sini...
Benar demikian Mbak. Kebanyakan buruh tani unu orang-orang yang sudah berumur.
HapusOrang-orang muda lebih memilih untuk bekerja di pabrik...
Salam,
jadi hsil yang didapati juga tidak sebanyak yang diharapkan...
HapusBenar Mbak. Ini masalah yang saya tidak tahu bagaimana solusinya dari pemerintah terkait.
HapusSalam,
Cantik gambar sawah yang berwarna hijau tu.
BalasHapusSawah dengan padi yang sedang menghijau memang cantik untuk dipandang Mbak.
HapusSalam,
Bagus sekali fotonya. Berkat Pak Tani dan Bu Tani inilah kita bisa makan nasi :)
BalasHapusFoto asal jepret saja Mbak, ketika saya lewati saat jalan kaki pagi.
HapusBetul sekali Mbak, sebutir nasi adalah keringat para buruh tani ini...
Salam,
Wak pernah buat kerja2 nyawah macam ni masa muda2 dulu.
BalasHapusLuar biasa, Wak. Tentunya itu satu pengalaman masa muda yang jadi kenangan hingga kini.
HapusSalam,
Sangat disayangkan padahal disetiap kesempatan pemerintah selalu menggaungkan Indonesia maju tahun 2045, padahal syarat untuk bisa maju itu ya perut harus kenyang dulu baru ide-ide cemerlang dikepala bisa muncul dan direalisasikan, sementara yang berprofesi untuk membuat perut kenyang itu sendiri makannya masih susah.
BalasHapusSaya suka bingung juga Mas melihat bagaimana pertanian, khususnya sawah penghasil padi, dikelola. Sepertinya yang dilakukan koq masih (maaf) tradisional saja. Belum lagi ada hambatan disisi lain seperti pupuk. Jadinya ya selalu impor saja...
HapusSalam,
Yang punya sawah lebih menderita lagi. Kadang panen tidak bisa balik modal. Karena semua bibit , pupuk dan tenaga serba mahal.
BalasHapusSekarang Era terbalik, petani cari buruh untuk sawah harus memohon mohon, beda jaman dulu , buruh yang memohon mohon pada petani.
Saya sering ngobrol dengan petani penggarap, keluhan mereka berkisar harga pupuk yang mahal dan sewa traktor yang juga mahal. Ujungnya margin keuntungan menjadi tipis atau bahkan tidak balik modal.
HapusNah, kalau dalam hal buruh, disini saya belum mendengar sampai kesulitan mencari buruh tani. Coba nanti saya cari info bagaimana kondisinya disini.
Salam,
Kalau di desa emakku, buruh tani begini malah gantian. Si A ke sawah si B dulu, nanti sebaliknya. Jadi sama aja malah gak mengeluarkan upah
BalasHapusWah menarik juga nih Mbak. Jadi penasaran dengan bagaimana detil pengaturannya.
HapusSalam,
sewaktu ldy kecil, ladu pernah menjadi pesawah.. tolong che dan bak.. juga adik beradik yuang lain juga turun membantu ke sawah..
BalasHapusOh begitu Mbak. Menarik juga kehidupan masa kecilnya yang sempat membantu di sawah.
HapusKini kalau diingat, mungkin jadi kenangan indah saja ya Mbak.
Salam,
Tapi yg lebih miris lg adalah..... semakin byk sawah2 yg hilang dan berganti menjadi bangunan permukiman ataupun bangunan lainnya. Lalu bagaimana jika sudah tdk ada lg sawah?
BalasHapusAh betul Mas, sawah-sawah banyak yang telah berubah. Menjadi perumahan atau pabrik-pabrik.
HapusSaya jadi ingat ketika masih SD dan SMP kalau daerah Karawang itu disebut sebagai lumbung padi Jawa Barat. Sekarang, sawah-sawah disana sudah menjadi pabrik.
Mengerikan kalau sudah tidak ada sawah, beras impor terusss...
Salam,
Moga mereka semua dikurniakan kesihatan yang baik dalam meledani rutin harian.
BalasHapusAamiin YRA. Semoga mereka sehat selalu ya Mbak.
HapusSalam,
Saya tengok gambar pertama pun, sudah rasa sakit pinggang. :D
BalasHapusSaya suka lihat pemandangan di sawah padi semasa padi baru ditanam. Hijau saja. Sejuk dan luas mata memandang.
Sama, Mbak. Tak terbayangkan bagaimana rasa sakitnya pinggang bila bekerja seperti demikian selama 6 jam.
HapusSalam,
Saya terpegun melihat pemandangan indah di sawah padi yang bertingkat-tingkat di banyak daerah di Indonesia seperti di Pulau Sumatera, dari Bandung ke Jogjakarta, Surabaya dan tempat-tempat lain. Di tempat kami tidak ada suasana seindah itu, yang ada hanyalah sawah yang mendatar. Rasa sangat tenang dan damai melihat kehijauan pokok padi yang saujana mata memandang. Apabila padi masak, terlihat warna kuning emas yang sangat menawan.
BalasHapusTidak pula saya terfikir cerita penat lelah membanting tulang empat kerat di sebalik segala pemandangan yang begitu cantik. Semoga para petani diberikan kesihatan dan tenaga untuk berbudi kepada tanah. In sya Allah, mudah-mudahan rezeki terus mengalir untuk mereka.
Sayangnya, tenaga yang sudah uzur pula yang terpaksa bertungkus-lumus mengerjakan sawah!
Sungguh salut Mbak telah banyak mengunjungi daerah di Indonesia. Di beberapa daerah memang sawahnya bertingkat-tingkat. Rupanya sangat berbeda dengan keadaan di Malaysia yang kecendrungan sawahnya datar saja.
HapusAh iya Mbak, saat ini kebanyakan yang bekerja di sawah adalah orang-orang tua yang sudah berumur. Generasi muda tampak tidak lagi tertarik bekerja di sawah. Hal ini saya saksikan sendiri di sawah-sawah sekitar saya tinggal.
Salam,
Beberapa hari sebelum puasa aku ke sukabumi mas. Kulineran dan staycation aja sih. Sayangnya hanya di kota. Ga liat area2 persawahan ☺. Semoga pak tani selalu diksh semangat dalam bekerja yaaa, supaya stok padi kita ttp aman
BalasHapusKasihan buruh tani ya pak, bekerja di sawah orang karena kebanyakan tidak punya sawah sendiri. Udah gitu tidak setiap hari dapat pekerjaan pula.
BalasHapusSemoga para buruh tani lancar dan berkah rezekinya.
BalasHapus